Selamat Datang di BERANDA Kita

Selamat datang dan selamat bergabung di BERANDA Kang Tisna. BERANDA Kita semua.

Jumat, 28 Januari 2011

PRASANGKA II

Alkisah seorang suami istri yang mempunyai seorang bayi mungil berumur empat bulan dan memiliki kucing peliharaan yang sangat lucu. Malam itu gerimis turun,angin meniup kencang disertai udara dingin menusuk hingga ke tulang sumsum.  Suami istri itu tidak menyurutkan keinginannya untuk menengok ibu sang suami yang sedang sakit. Rumahnya tidaklah begitu jauh dari rumah mereka. Hanya yang jadi persoalan adalah anak mereka. Kalau dibawa pergi mereka takut anaknya masuk angin dan jatuh sakit. "Bagaimana,kita bawa saja anak kita?" tanya suaminya. "Jangan Mas,angin diluar sangat kencang",tukas istrinya. "Kalau pun kita tinggal,siapa yang akan menunggui anak kita,lagi pula rumah kita dekat lokasi pekuburan",kata suaminya dengan sedikit cemas.  Lama mereka terdiam. Sampai akhirnya si suami teringat kucing peliharaannya yang pintar dan setia. "Bagaimana kalau dia kita titipkan pada kucing peliharaann kita?" ujar si suami memecah kebekuan. Akhirnya suami istri itu pun sepakat untuk menitipan anak mereka pada kucing peliharaannya. "Pus..pus...pussss.." kata si suami memanggil Si Empus,kucing peliharaannya. "Meong....."suara Si Empus mejawab panggilan tuannya. Tak lama dengan berlari-lari kecil dia mendekat. Dikibas-kibaskan ekornya. Dengan setia dia mendengarkan perintah tuannya. "Wahai Empus...malam ini engkau tidak usah menjaga lumbung padi dari gangguan tikus. Kau jagalah anak kami. Sementara kami mau menengok ibu yang sedang sakit". Dikibas-kibaskan lagi ekornya dengan kencang seperti mengiyakan perintah tuannya. Seolah ia berkata,"jangan bimbang tuanku,saya akan meunggu dan menjaga anak tuan untuk tetap tidur dengan nyenyak. Tak akan saya biarkan seekor nyamukpun mengganggunya".
Tak lama setelah berpesan,sepasang suami itu pun pergi. Mereka percaya kalau Si Empus akan menjaga anaknya karena dia seekor kucing yang baik dan setia.

Setelah melihat tuannya pergi,Si Empus dengan segera melompat ke atas kasur. Dia segera duduk disamping bayi yang sedang tertidur pulas. Ekornya dikibas-kibas agar tidak ada seekor nyamuk pun berani menganggu bayi itu. Matanya tajam menatap sekeliling,kukunya yang tajam siap menerkam siapa saja yang berani mengganggu ketenangan tuan kecilnya.

Malam semakin larut ketika tiba-tiba Si Empus mendengar suara mendesis. Dia pun dengan sigap memasang kuda-kuda untuk menghadapi segala kemnungkinan. Matanya terbelalak kaget,jantungnya berdegup ketika melihat seekor ular akan mengganggu ketenangan tuan kecilnya. Dengan sidap dia menerkam sang ular. Dia tancapkan kuku-kukunya dengan liar. Dia hujamkan giginya ke leher ular itu. Sang ular pun murka karena niatnya dihalang-halangi. Ia pun balik menyerang Si Empus. Membelitnya,mematuknya. Darah segar keluar dari badan Si Empus. Dengan segala kekuatan dan sisa tenaga yang ada,Si Empus melawan. Dengan menahan rasa sakit,dia terus memberikan perlawanan sambil berusaha melepaskan diri dari lilitan musuhnya. Cakarnya terus merangsek. Mengais-ngais badan musuhnya. Mencakar-cakar muka musuhnya. Hingga pada sebuah kesempatan dia bisa terbebas dari belitan musuhnya. Dengan sigap dia segera menggigit dan menghujamkan giginya pada leher ular. Ditusukan gioginya dalam-dalam. Dicakarnya muka ular habis-habisan hingga musuhnya itu diam tak bergerak lagi. Melihat musuhnya tergolek kaku dia pun melompat kembali ke samping tuan kecilnya yang masih tertidur nyenyak. Dia menjilat-jilat lukanya. Pedih dan lelah dia rasakan di sekujur tubuhnya, Badannya penuh luka menganga. Mukanya penuh darah.

Belum sempat dia memulihkan tenaganya,tiba-tiba terdengar suara tuannya datang. Dengan lunglai Si Empus turun dari tempat tidur. Dia melangkah gontai,tertatih-tatih menahan pedih. "meooong......meeoongg..",dengan suara tertahan dia menyambut kedatangan tuan yang dicintainya. Dengan terhuyung-huyung dia menuju pintu. Tiba-tiba saja si istri menjerit histeris melihat Si Empus berlumuran darah. "Mass.....anak kita..,mas....",teriaknya. "Ada apa dengan anak kita...?" ujar suaminya masih tidak mengerti dengan apa yang terjadi. "Lihatlah Mas...mulut Si Empus penuh darah....,dia pasti sudah memakan anak kita.... Benar mas pasti anak kita diterkamnya",tetriak si istri. Suaminya baru tersadar dengan apa yang dikatakan istrinya. Tabpa berfikir panjang diambilnya sebuah besi lalu dihantamkan ke kepala Si Empus.... "Meoong.....,ngeoong...",kucing itu menjerit menahan sakit. Lelalki itu semakin murka. Diambilnya sebuah batu lalu ditimpakan ke kepala Si Empus. Darah segar keluar dari kepala kucing tidak berdosa itu. Dia mengerang.  Dari matanya mengeluarkan air mata yang jernih satu-satu. Setelah mengeong untuk yang terakhir kalinya kucing yang baik dan setia itu akhirnya menghembuskan nafasnya yang terakhir.

Suami istri itu berlari menuju kamar tempat anaknya tertidur. Alangkah kagetnya mereka ketika tiba di kamar itu. Yang pertama kali mereka lihat adalah bangkai seekor ular terlihat berlumuran darah dengan leher hampir putus. Dengan berdebar-debar mereka menghampiri tempat tidur. Dilihatnya anak mereka yang ternyata masih tertidur pulas. Mereka baru tersadar apa yang terjadi selama mereka tidak ada di rumah. Bukan Si Empus kucing peliharaannya yang bersalah. Mereka baru sadar bahwa kucing peliharaannya sudah berjuang mati-matian menyelematkan anaknya dari gangguan ular. Seketika itu pucatlah wajah mereka. Ternyata Si Empus masih tetap sebagai kucing peliharaan mereka yang setia yang rela mempertaruhkan nyawanya dan tidak mempedulikan keselamatannya untuk sebuah tugas yang diembannya. Mereka menyesal dan merasa bersalah atas apa yang telah mereka lakukan. Diangkat dan diciuminya bangkai Si Empus. Namun penyesalan itu tiada guna. Karena sebuah prasangka,hanya karena subuah praduga mereka terbakar angkara. Si Empus kucing yang lucu dan setia telah menjadi korban buruk sangka dari tuannya sendiri.

Tidak ada komentar: